Senin, 12 Januari 2015

Kotor itu “Baik”

Sahabat Cookies



Sesuatu yang kotor kadang dianggap negatif bagi Si kecil. Tidak salah memang karena sesuatu yang kotor diasumsikan membawa banyak kuman dan bakteri, dan kadang terlihat menjijikan. Namun, bagaimana jika Si Kecil terlalu takut akan kotor yang menurutnya jijik? Ia tentunya akan melewatkan banyak pelajaran penting di balik bermain kotor-kotoran ini. Nah, berikut dipaparkan beberapa tips agar Si Kecil tak enggan lagi akrab dengan ‘Si Kotor’.
  1. Beri pemahaman bahwa ‘kotor’ itu wajar. Contoh, ketika ia tak senang karena sepatunya penuh lumpur, beri penjelasan bahwa hal tersebut wajar. Bunda dapat mengatakan ”Ngga apa-apa kok sepatunya kena lumpur, tapi kaki mu tetap bersih kan?” tunjukan bahwa orang lain juga bisa kotor, dan sepatu yang kotor itu nanti bisa dibersihkan.
  2. Ajak ia terlibat dengan Si Kotor. Berikan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan keadaan ‘kotor’, tidak tertata rapi dan tidak teratur. Sebagai contoh Bunda bisa mengajaknya membuat kue, ketika proses membuat kue biarkan terigu, telor, dan bahan-bahan lain tercecer. Selain itu Bunda juga bisa mengajaknya membuat lukisan yang melibatkan banyak cat dan warna, biarkan jari-jarinya menjadi kuas lukis. Hal tersebut bertujuan mengenalkan sekaligus membiasakan si Kecil terhadap keadaan atau kondisi ‘kotor’
  3. Libatkan Si Kecil dalam kegiatan bersih-bersih. Hal ini secara tidak langsung akan membuatnya mengerti bahwa kondisi kotor itu dapat dibersihkan kembali. Mintalah Si Kecil untuk mencuci sepeda dan boots miliknya yang penuh lumpur. Atau membiasakannya untuk mencuci tangan, kaki, atau anggota tubuh lain yang terkena kotor juga akan sangat membantu. 
  4. Mengunjungi tempat-tempat ‘kotor’. Agar Si kecil tak mudah merasa jijik, biasakan ia berada pada situasi yang menurutnya kotor atau menjijikan sampai dia merasa bahwa hal tersebut wajar. Sebagai contoh, Bunda bisa mengajaknya berbelanja ke pasar tradisional atau mengajak Si Kecil berjalan-jalan di pematang sawah. Bunda bisa juga mengajak Si kecil ke tempat-tempat agro wisata yang memberi kesempatan pada pengunjung untuk bisa bercocok tanam langsung atau memandikan binatang.     
  5. Beri Si Kecil waktu.  Bunda, jangan paksa Si kecil untuk langsung akrab dengan sesuatu yang ia anggap kotor, beri ia waktu untuk belajar dan membiasakan diri. Kenalkan padanya secara bertahap. Lumpur yang ada di mana-mana saat hujan dapat menjadi teman yang biasa menemaninya saat  bermain hujan-hujanan bersama teman-temannya.  
  6. Berikan Si Kecil permainan yang ‘kotor’. Untuk membuat ia terbiasa dengan keadaan atau kondisi kotor, sediakanlah mainan-mainan berikut di tempat bermainnya: pertama, kotak pasir. Pastikan pasir yang Bunda sediakan adalah pasir yang sebelumnya sudah Bunda cuci dan rebus, masukkan pasir tersebut ke dalam sebuah kotak besar, kemudian sediakan beberapa peralatan bermain seperti sekop, wadah-wadah kecil, cetakan kue, dan ember kecil agar ia dapat bereksplorasi dengan pasir itu. Kedua, permainan berkebun. Berikan sudut kecil di halaman rumah Bunda untuk Si Kecil belajar berkebun, menanam bibit tanaman dan mencangkul tanah. Biarkan Si Kecil membuat lubang di tanah, menemukan cacing dan memegang tanah. Bunda, jangan lupa ingatkan Si Kecil untuk mencuci tangan dan kakinya sampai bersih ke sela-sela jari dan kuku agar acara bermain kotornya tetap aman. 
Referensi: www.ayahbunda.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar